4.16.2013

Puncak Buntu 3362 mdpl

Liburan jangan cuma rencana aja,,
Ayo,,,wujudkan liburan impianmu,,,!!!
(3362 mdpl)

Jajaran pepohonan, udara pagi pegunungan, hamparan savana dan cantigi.....

Yups,, sangat merindukan hal itu,

jenuh dan penat dengan deretan gedung bertingkat, dinginnya AC ruangan serta layar komputer . Butuh liburan!!!

Awal tahun 2013 saya memutuskan untuk (kembali) menikmati keindahan alam di Jawa Tengah. Tujuan liburan saya kali ini adalah sebuah gunung di Dusun Garung Desa Butuh Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo di ketinggian 3371 mdpl. Saya akan mendaki dengan teman-teman dari Bekasi, Bandung serta Yogyakarta dan kami akan berkumpul di terminal Wonosobo pada hari kamis tanggal 3 Januari 2013.

Perjalanan saya dimulai dari Kutoarjo (kampung halaman cuy,,,,). Untuk menuju Wonosobo dari Kutoarjo ada 2 alternatif jalan yaitu lewat Prembun atau Magelang, dan saya memutuskan memilih jalur Magelang. Setelah setengah jam menunggu akhirnya bis Santoso jurusan Solo yang akan mengantarkan saya ke Magelang tiba, rute Kutoarjo-Magelang dikenai tarif 10.000. Sepanjang perjalanan selama 90 menit menuju Magelang klasifikasi lahan di dominasi oleh mixed forest dan settlement serta beberapa ricefield. Dari Terminal Magelang saya melanjutkan perjalanan menuju Terminal Wonosobo dengan menggunakan bis kecil dengan biaya 15.000. Memasuki wilayah Wonosobo, udara dingin pegunungan mulai terasa dengan pemandangan dryland  dikaki Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Ternyata bila melalui Magelang menuju Terminal Wonosobo kita akan melewati gerbang desa Kledung untuk Sindoro dan gerbang desa Garung untuk Sumbing. Sampai di Terminal Wonosobo ternyata teman-teman lain sudah berkumpul, setelah mengisi perut dan melengkapi logistik kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Garung dengan menggunakan bis kecil jurusan Magelang dengan biaya 5.000 per orang.


 Suasana Terminal Wonosobo




Menuju Basecamp


Penampakan Sindoro di sore hari

Gerbang desa Garung menuju Basecamp Sumbing dapat ditempuh dengan jalan kaki selama 15 menit. Untuk mendaki Gunung Sumbing para pendaki terlebih dahulu melakukan registrasi dengan mengisi buku perijinan, membayar retribusi @Rp. 3.000 + @ Rp. 1.000 untuk biaya pengurus pendakian serta Rp.3.000 untuk biaya peta jalur pendakian Sumbing. Sore itu cuaca di kaki gunung Sumbing cerah, puncak Sindoro dan Sumbing pun terlihat jelas.

Malam ini kami memutuskan untuk bermalam di basecamp dan memulai pendakian ke esokan harinya. Malam itu basecamp ramai oleh cerita-cerita para pendaki yang baru saja turun dari Sumbing. Menurut informasi dari mereka, cuaca di Gunung Sumbing cerah di pagi hari, setelah pukul 12 siang biasanya kabut mulai turun kadang disertai oleh hujan intensitas ringan sampai tinggi.


Retribusi pendakian Gunung Sumbing


Peta pendakian Gunung Sumbing

Jumat pagi cuaca cukup cerah setelah tadi malam diguyur hujan, packing….packing…packing… dan pukul 6 waktu setempat kami pun memulai perjalanan kami. Pendakian ke Sumbing dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu jalur lama dan jalur baru, kali ini kami memilih untuk mendaki melalui jalur baru.


Pemberangkatan dari Basecamp


Cantiknya Sondoro di pagi hari


Puncak Sumbing tertutup kabut


Go action!!!!

Untuk memilih jalur baru, dari Masjid Al-Mansyur ke kanan lurus kemudian belok kiri, memasuki hutan bambu dan melewati 2 jembatan sampai akhirnya bertemu dengan hamparan dryland milik warga. Jalan perladangan yang dilalui cukup lebar, berkelok dan menanjak sampai di perbatasan hutan. Pos Bosweisen I perbatasan antara ladang dan hutan, disitulah kami istirahat untuk membuat sarapan. Tidak jauh dari Pos Bosweisen I terdapat sungai dan beberapa meter setelah sungai ada tempat untuk camp (Pos I) disebelah kiri jalur.


Dryland


Sarapan dulu

Perjalanan dari Pos I menuju Pos II berada di dalam hutan, seperti pada jalur hutan umumnya, jalur berupa jalan setapak kecil dimana kanan kiri rumput dan pepohonan, jalur tidak terlalu menanjak.


Sungai sebelum Pos I

Pukul 12, gerimis mulai turun, kami memutuskan mendirikan bivak dipinggir jalur ( kiri jurang, kanan jalur), karena disekitar situ tidak ada tempat datar yang cukup luas. Semakin lama hujan semakin deras. Jam 3 sore, hujan berganti menjadi gerimis. Kami memutuskan untuk mencari tempat yang lebih datar untuk bermalam, masih ada waktu 3 jam sebelum malam tiba. Selang setengah jam kami berjalan, terdapat Pos II di sebelah kanan jalan. Pos II Gatakan merupakan tempat yang cukup luas untuk mendirikan tenda selain itu juga terdapat bangunan untuk berteduh. Kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dan tidak mendirikan camp disini.

Lepas pos II, track masih berupa jalan tanah berbatu dan sedikit menanjak diselingi gerimis yang setia menemani perjalanan kami. Tak lama kemudian kami juga menemukan areal yang datar, dimana terdapat nisan memoriam di bawah pohon besar di kanan jalur atas nama Tri Antono. Track selanjutnya lebih menanjak dimana tutupan kanopi mulai berkurang sehingga bila cuaca cerah kita bisa melihat air terjun yang berada di punggungan sebelah kanan jalur serta padang savana yang indah. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30, fisik sudah mulai lelah, gerimis pun masih setia menemani, maka kami memutuskan mendirikan camp di satu-satunya tempat datar di jalur ini di sekitar daerah Krendegan. Tempatnya cukup nyaman dan yang terpenting terlindung dari angin yang kapan saja bisa datang. Dan kami pun segera memasang flysheet serta mendirikan tenda tak lupa membuat parit di sekeliling tenda. Sore itu gerimis mulai berhenti, diseberang sana entah berapa jauh jaraknya puncak Sindoro kembali terlihat setelah sebelumnya tertutup kabut. Setelah memasak nasi dan mie serta segelas kopi dan segelas susu, kami segera makan untuk selanjutnya bergegas istirahat. Namun cuaca malam itu kembali tidak bersahabat, angin kencang mulai datang kembali, membuat tenda kami sedikit bergoyang.

Segera berhenti ketika merasa lelah,,
dan
Segera bergerak (kembali) ketika merasa nyaman,,,
( 3362 mdpl )

Hingga pukul 3 dini hari hujan masih turun, mengurungkan niat kami untuk summit attack . Setelah menyiapkan nesting, kompor, mie, kopi, susu + snack, pukul 5 kami berangkat menuju 3371 mdpl. Kabut dan semilir angin yang membawa udara dingin menemani perjalanan kami, brrrrr…muka dan tangan serasa kaku terkena terpaan angin dingin sementara track masih menanjak tajam. Tak berapa lama sampailah kami di hamparan tanah merah dengan vegetasi terbuka, yups…itulah persimpangan tempat bersatunya jalur baru dan lama yang biasa dinamakan Pasar Setan. Dari persimpangan ini terlihat puncak Sindoro yang menawan sedangkan puncak Sumbing tertutup kabut tebal.


Sindoro dari Pestan


Kabut mulai turun di Pestan

Kabut dan angin dingin masih setia menemani kami melewati batuan-batuan besar,,inilah yang dinamakan Pasar Watu. Track selanjutnya terus menanjak hingga kami sampai di pos terakhir yang sering dijadikan camp para pendaki sebelum mencapai puncak. Dari Pasar Watu ambil arah ke kiri menurun untuk mengitari batu besar. Batu yang sangat besar menandakan kami telah sampai di Pos Watu Kotak. Di Watu Kotak terdapat beberapa tempat datar untuk mendirikan camp namun tidak terlalu luas.


Pasar Watu


Sindoro dari Pasar Watu


Watu Kotak

Jalur berbatu dan terjal masih mendominasi perjalanan menuju puncak dari pos Watu Kotak, melewati batuan berwarna putih yang sering disebut dengan Tanah Putih. Tak jarang kami berhenti untuk berlindung dibalik sebuah batu dari terpaan angin super dingin yang menimpa wajah dan tubuh kami. Kami melanjutkan perjalanan yang tinggal sedikit lagi dengan ekstra hati-hati dikarenakan cuaca saat itu bisa dibilang tidak bersahabat.

 Salah satu cara untuk “mengurangi” rasa jenuh dan bosan,
“mengalahkan” ego,
“melawan” rasa malas dan putus asa,
adalah mendaki gunung….
( saya, 3362 mdpl)

“Puncak,,,,!!!!” 

teriak salah satu teman dan Hap-hap-hap saya memegang satu demi satu bongkahan batu besar untuk membantu menaiki jalur ekstrim guna mencapai puncak gunung Sumbing. “Alhamdulillah,,,berhasil berhasil horre,,,” Puncak Buntu Gunung Sumbing sudah saya capai. Perjalanan panjang yang melelahkan, mengalahkan rasa putus asa, , menembus cuaca yang kurang bersahabat,,,,semua terbayar sudah…”Alhamdulillah”. Kabut dan angin dingin masih menghiasi cuaca di puncak buntu, jalur menuju puncak kawah tertutup kabut sehingga kami memutuskan tidak melanjutkan ke puncak kawah. Saat itu waktu menunjukkan pukul 09.30 WIB, 15 menit berada di puncak dan kami pun segera turun ke camp di bawah Pasar Setan.

Si Ijo di Puncak Buntu


Kabut di Puncak Buntu

Pukul setengah 1 kami tiba di tenda, segera memasak mie dan susu hangat untuk mengganjal perut guna perjalanan turun ke basecamp. Selesai makan dan packing, pukul 14.00 WIB kami meluncur turun. Sampai di pos 2 hujan kembali turun dan semakin deras ketika sampai di Pos 1. Empat jam perjalanan turun, sampailah kami di basecamp dengan iringan hujan yang deras.

Alhamdulillah……..

·         Berikut rincian rute + biaya selama perjalanan ke Sumbing ** :

a.       Bis Kutoarjo-Magelang : Rp. 10.000
b.      Bis Magelang-Wonosobo : Rp. 15.000
c.       Makan siang di Terminal Wonosobo : Rp. 5.000
d.      Logistik pendakian : Rp.110.000
e.      Bis Wonosobo- gerbang Desa Garung : Rp. 5.000
f.        Registrasi pendakian + peta perjalanan : Rp.8.000
g.       Makan malam nasi goreng + teh hangat di basecamp : Rp. 7.500
h.      Bis gerbang desa Garung-Wonosobo : Rp. 5.000
i.         Bis Sinar Jaya Wonosobo-Bogor : Rp. 85.000

         ** Harga dapat berubah sesukanya















1 komentar:

  1. Mba woro orang kutoarjo asli? Boleh minta kontaknya ga mba? Mau nanya2 nih hehe

    BalasHapus