11.12.2013

Sisi Lain Wonosobo dan Dieng


Apa yang orang bayangkan ketika menyebut kota Wonosobo?

Dataran tinggi dieng !! hummm…bisa jadi bisa jadi

Kumpulan Candi-candi kuno,  oke,,itu juga bisa

Manisan Carica,,,betul sekali!


Nah,,,harusnya bisa donk mengunjungi tempat-tempat itu dengan gaya “jalan-jalan cantik” (Yups,,jalan-jalan tanpa harus membawa serta si “ijo” daypack, SB, celana lapang beserta sepatu ataupun sandal gunung).Oke,,,lupakan rencana “jalan-jalan cantik” karna kunjungan saya kedua kali nya (setelah awal tahun kemaren ke Gunung Sumbing) ke kota Wonosobo  tetap berkeliaran membawa si “Ijo” dan tetap memakai sandal gunung….huffft.

Jumat sore saya melaju menuju desa Prigi dengan menggunakan bis Dieng Indah. Sepanjang perjalanan malam itu, dari beberapa orang yang saya tanya letak desa Prigi, dan tak seorangpun yang tau,,,hadeuh,,piye iki. Celetuk seorang bapak, “Loh..mba nya ini (baca: saya) blm pernah ke Prigi tapi malem-malem gini maw kesana, sendirian pula “, dan saya pun hanya bisa tersenyum kecil (hehe,,,padahal dlm hati nya mah sempet was-was juga, toh klo kebablasan ujung-ujung nya juga sampe terminal Wonosobo). Dan untung nya (haha,,,orang Indonesia memang “selalu untung”) bapak supir yang baik hati itu tau dimana desa Prigi berada.

Dan turun lah saya di desa Prigi (desa ini masih masuk Banjarnegara kira-kira 30 menit sebelum kota Wonosobo dari arah Jakarta), untuk selanjutnya menyeberang sungai melewati jembatan beton menuju desa Rogojati, nah setelah melewati sungai maka saya telah berada di Wonosobo. Di desa Rogojati ini hiduplah seorang teman saya semasa kuliah tingkat pertama di Bogor dan selama 3 hari ke depan dia bertugas sebagai guide saya mengunjungi tempat-tempat di Wonosobo. Inilah beberapa tempat yang saya kunjungi selama di Wonosobo.

Mi Ongklok “Pak Muhadi”

Mie Ongklok + sate sapi

Jikalau berkunjung ke Wonosobo sempatkan lah makan mie khas kota Wonosobo ini, yups… Mie Ongklok khas Wonosobo. Mie kuning dengan tambahan sayuran kol dengan kuah kental yang menggoda, menurut saya mie ini mirip dengan mie jawa beda di penyajian kuah nya saja. Oia,,,mie ongklok ini lebih mantap disajikan pedas dan pedasnya ini berasal dari irisan cabe rawit hijau (hummm,,,mantap pedasnya). Tunggu dulu,,, mie ongklok ini akan lebih lebih dan lebih mantap lagi kalo disandingkan dengan beberapa tusuk sate sapi dicampur bumbu kacang yang melimpah,,, Huaaaaa,,,,jadi pengen makan lagi,,,,Monggo dicoba Mie Ongklok Pak Muhadi yang terletak di jalan A Yani Ni. 1 Wonosobo (dekat terminal lama Wonosobo), mie ongkok nya recommended deh.

Alun-Alun Wonosobo


Alun-alun Wonosobo

Nah,,dari lokasi Mie Ongklok nya Pak Muhadi , lanjut ke Alun-alun Wonosobo dengan menggunakan angkot ke arah pasar kemudian dilanjut dengan jalan kaki sedikit. Mau tau ongkos angkot dari Mie Ongklok Pak Muhadi sampe pasar???? Seribu rupiah per orang cuy!!!, murah banget kan…..(hari gini, tahun 2013 naik angkot Cuma bayar Rp.1,000…ahahaha).

Seperti alun-alun pada umumnya yang digunakan sebagai pusat kegiatan, di bagian barat alun-alun Wonosobo terdapat Masjid dan di utara terdapat kantor pemerintahan/pendopo. Dibagian selatan dari masjid terdapat perpustakaan umum serta beberapa sekolah.  Fasilitas di sekitar alun-alun Wonosobo ini juga tergolong lengkap, disekeliling alun-alun terdapat beberapa bangku taman dan gazebo untuk tempat kumpul-kumpul (wuidih,,,banyak “anak nongkrong”Wonosobo nech), ada juga papan informasi dan koran dinding. Ingin olahraga di alun-alun??? disini juga disediakan lapangan basket atau bisa juga lari mengelilingi alun-alun. Lapar??? Tenang saja disekitar alun-alun sudah berjejer para penjual makanan dan minuman mulai dari es kelapa muda, mie ayam, batagor, jagung keju, kentang goreng, soto………….hadeuh,,,,,jadi laper ini . Masih kurang???? Di bagian selatan alun-alun disediakan pujasera dengan berbagai hidangan makanan lengkap dengan fasilitas meja dan kursi  yang cocok buat tempat kumpul-kumpul (lagi-lagi fasilitas buat “anak nongkrong”… wuih) tanpa khawatir kepanasan atau kehujanan.

Gunung Prau

Puas jalan-jalan di alun-alun saatnya bergeser ke dataran yang lebih tinggi. Yups…dataran tinggi dieng. Di kawasan dieng terdapat sebuah lokasi yang belum banyak orang tau. Gunung Prau!!

Selamat datang di Dataran Tinggi Dieng

Gunung Prau terdapat di kecamatan Kejajar (masih di kawasan dieng juga), untuk mencapai puncaknya bisa ditempuh kurang lebih 2-3 jam saja. Saya naik lewat jalur pathak  banteng, jalur awal berupa rumah-rumah penduduk dilanjutkan ladang petani (dibagian tepi dari ladang ditanami oleh pohon carica yang masih hijau ) yang menanjak dan memutar. Jalur menanjak ini sempat membuat beberapa teman saya kewalahan. Sesekali istirahat, tengoklah ke arah belakang/bawah,,,wuih,,,pemandangannya ajib!!.

 Siap berangkat menuju titik awal pendakian (dan si “ijo” tetap setia menemani setiap perjalanan saya…tsahhh)


Jalan berliku dan menanjak

Lanjutttt,,,,,,,,

Sukses melewati area bosweisen, mulai ditemukan beberapa pohon pinus ternyata saya telah sampai di Pos II. Jalur selanjutnya berupa jalur sempit tanah dengan pohon pinus di kiri dan kanan, jalur masih menanjak namun terkadang terdapat jalur bonus untuk mempercepat langkah. Disepanjang jalur jarang ditemukan area datar untuk dijadikan tempat camp. Gunung Sindoro di sebelah kanan jalur tetap setia menemani perjalanan  dan saatnya foto-foto hohoho,,, vitamin F dulu. Dua jam setengah akhirnya sampai di puncak Gunung Prau.

 Vitamin “F” dulu,,

Gunung Sindoro di kanan jalur, setia menemani perjalanan hingga puncak

Senja di Puncak Gunung Prau
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar