Yups…sudah lama rasanya mata ini
tidak melihat barisan cantigi dan hamparan edelweiss, kaki pun sudah “gatal”pengen
jalan-jalan ketempat yang sedikit “berbeda” dari aktifitas di daerah ibu kota.
Jumat 23 Agustus 2013
Yoa…seperti biasa hari jumat sore setelah
pulang kantor saya kembali men-check barang-barang yang akan saya bawa dalam
perjalanan kali ini. Pukul 20.30 WIB teman saya sudah menunggu di halte UKI,
kami pun memutuskan untuk mengisi perut dengan semangkuk soto Surabaya (yummy,,,,). Untuk
perjalanan kali ini kami merencanakan pergi ke Garut dengan 2 pilihan : pilihan
pertama kami berangkat dari Terminal Kp.Rambutan dengan menggunakan bis jurusan
Kp.Rambutan-Garut, pilihan kedua dan jika bis arah Garut sudah tidak ada, maka
kami akan menggunakan truk sayuran dari Cibitung dan pastinya dengan menumpang truk sayuran biaya yang
dikeluarkan lebih murah. Dan ternyata bis ke arah Garut masih tersedia di Kp.
Rambutan,,,,Alhamdulillah. Gerombolan orang-orang dengan tas carriel di punggungnya merupakan pemandangan
yang khas di Kp.Rambutan di kala jumat malam. Pukul 23.00 WIB
kami pun berangkat menuju Terminal Garut, di dalam bus kami bertemu dengan para pendaki yang akan ke Garut juga (yaiyalah,,,secara ini bis arah Garut bukan Purwokerto).
kami pun berangkat menuju Terminal Garut, di dalam bus kami bertemu dengan para pendaki yang akan ke Garut juga (yaiyalah,,,secara ini bis arah Garut bukan Purwokerto).
Sabtu 24 Agustus 2013
Empat jam perjalanan, sampailah saya di
Terminal Garut, teman saya segera
mencari angkot untuk membawa kami menuju Simpang Tiga Cisurupan, nego-nego
akhirnya didapatlah harga kesepakatan. Perjalanan kami di sambut oleh megahnya
gunung Cikurai dan Gunung Papandayan di kanan dan kiri jalan serta “dongeng”
eh,,,cerita oleh pak supir angkot yang bercerita tentang seluk beluk kota Garut
termasuk Pak Aceng ( Yups,,, Pak Aceng (mantan) bupati Garut yang sempet jadi
perbincangan “panas” karna pernikahan dan talak cerai nya,,, hummm gosip deh) .
Sampai di Simpang Tiga Cisurupan, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan
mobil pick up yang sudah standby untuk disewa oleh para pendaki. Udara dingin
yang “menggigit” (wow,,,secara saat itu jam 4 pagi di kaki gunung,,, kebayang
donk dinginnya), hamparan bintang
dilangit lengkap dengan bulan yang bersinar membuat suasana dini hari itu
sangat menyenangkan,,, upsss,,, tapi tidak dengan kondisi jalannya. Yoa,,selama
kurang lebih satu jam kami harus melewati jalan yang super duper rusak sambil
sesekali menahan sakit dibagian pantat, huffft….
Suasana pagi hari di
pos pendakian,,, (sarapan dulu sebelum lanjut,,,,)
Akhirnya… sampailah kami di Pos
Pendakian Papandayan, arealnya berupa lahan luas seperti lapangan sehingga
sering dijadikan tempat upacara saat 17-an. Segelas teh manis hangat + nasi
goreng merupakan pilihan yang tepat untuk mengusir dingin dan bekal pendakian.
Cek perlengkapan siip, daftar di pos pendakian sip… Berangkat,,,,
Basecamp menuju kawah
Dari awal pos
pendakian,perjalanan akan disambut oleh cantigi di kanan dan kiri jalur dengan
track yang agak sedikit menanjak. Selanjutnya melewati kawah berbatu dan
dibeberapa titik terdapat kepulan asap belerang yang masih aktif , saran saya
langkah kaki dipercepat ketika melewati daerah kawah ini dikarenakan asap
belerang yang terbawa angin dan bau nya bikin pusing kepala euy,,, Weits,,,
tapi dari tempat ini kita juga bisa ngeliat hamparan taman langit yang
keren,,,,
Taman langit cuy,,,
Kawah aktif diantara
jalur
Oke…lepas dari kawah
sampailah di punggungan yang ditumbuhi beberapa cantigi,,, istirahat dulu cuy,,
panasnya terik,, Beres istirahat lanjut jalan, track selanjutnya menurun
melewati sungai kecil, setelah sungai kecil jalan akan sedikit eh,,lebih
menanjak,,,gass full. Nah,,,setelah tanjakan pemandangannya juga bagus nech,
hutan mati juga bisa keliatan. Dari sini mengitari tebing dengan hiasan
paralon-paralon aliran air disebelah kiri dan jurang di sebelah kanan, jalan
berupa batuan-batuan dan tetap menanjak. Sampai di pertigaan, ambil arah ke
kiri, arah lurus akan menuju perkebunan. Lepas dari pertigaan, jalan sekitar
15-20 menit melewati hutan kecil sampailah kami di Pondok Salada,
Hummm,,,estimasi waktu dari pos pendakian menuju Pondok Selada 2-3 jam lah
tergantung ritme pendakian dan lama tidaknya sesi foto selama perjalanan
(hehe,,, klo saya mah santai, banyakin sesi foto nya cuy,,)
Jalur menanjak
setelah sungai kecil, gas full !!!
Taman Langit lagi,,,,
!!
Hey,,,hutan mati
terlihat dari bukit ini (foto: kanan bawah)
Pertigaan ambil arah
kiri,,,,,Selamat datang di Pondok Salada!!
Di Pondok Salada ini lah saya dan
teman-teman mendirikan tenda, tempatnya luas sangat cocok dijadikan tempat camp
karna terdapat vegetasi yang melindungi tenda dari hembusan angin dan yang
pasti disini terdapat sumber air berupa selang bocor. Suasana di Pondok Salada
siang itu cukup ramai, seperti biasa tugas saya adalah menyiapkan makanan
sedangkan beberapa teman lain mendirikan tenda. Salah satu kegiatan yang beda
dari pendakian sebelumnya adalah disini saya masih sempet untuk tidur
siang,,,hehe yaiyalah selesai makan waktu masih menunjukkan pukul setengah 12
siang, sedangkan dari Pondok Selada dibutuhkan waktu 1 jam saja untuk mencapai
Tegal Alun alhasil tidur siang dulu lah kami semua..
Pondok Salada
Pukul 14.00 saya bersiap-siap untuk menuju Tegal Alun. Jalur
yang dilewati awalnya berupa genangan tanah becek akibat selang bocor, dari
sini terdapat beberapa edelweiss yang cantik,, (cantik?? Terimakasih… saya
emang cantik, loh???). Track selanjutnya memasuki hutan mati, yups…disini
terdapat pepohonan mati dengan lapisan tanah berwarna keabu-abuan (tempat nya
cocok buat dijadiin prewed nech,,haha), nuansa horror namun terkesan eksotik
(halah,,,apa pula ini). Jepret-jepret jangan lupa vitamin F nya dulu, “Foto”.
Lepas hutan mati track selanjutnya menanjak memasuki hutan homogen, melewati Tanjakan
Mamang. 15 menit menuju Tegal Alun track menanjak lebih curam, bayangin aja
jalur ketika menuju puncak Gunung Gede atau Gunung Ciremai seperti itulah.
Hutan mati dan
Tanjakan Mamang
Hamparan edelweis menyapa,,itulah
Tegal Alun. Dan kembali,,sesi foto-foto dimulai hehe,, puas menikmati rimbunnya
edelweis, saya dan kawan-kawan memutuskan untuk langsung turun menuju Pondok
Selada karena kami tidak ingin tersesat di hutan mati (sebaiknya sebelum gelap
sudah melewati hutan mati karena bentuk pohon yang sama dan jalur yang tidak
jelas menyebabkan rawan tersesat).
Saatnya eksis di
Tegal Alun,,,
Minggu 25 Agustus 2013
Ketinggalan sunrise !!!!( ah,,itu udah biasa untuk saya)
Diakibatkan oleh udara super
dingin ala Pondok Selada (hoho,,nyari kambing
hitam), tadi malem saya tidak bisa tidur dan jam 5 kami baru beranjak
bangun untuk melihat sunrise (saran
lagi nech,,,bawa perlengkapan tidur lengkap deh klo perlu bawa bedcover hoho,,iya kali). Di balik bukit
dekat pertigaan sebelum Pondok Selada ada spot untuk melihat sunrise, tapi berhubung saya hampir
ketinggalan sunrise jadi saya
menikmati nya disepanajng jalur dekat Pondok Selada,, tidak terlalu buruk lah,,
Dan,,,, Yups,,, Matahari pagi di
25 Agustus 2013,,
Yeyyyy,,,Selamat
Ulang Tahun untuk Saya!!!!!!! (ahahaha narsis…)
Oke,,setelah menikmati sunrise dan edelweis 25 Agustus 2013
(dan tak lupa photo session hoho), saya segera menyiapkan makanan untuk mengisi
tenaga guna perjalanan kembali ke basecamp. Saya berpamitan untuk capcuss
duluan karna tidak ingin kena macet pas perjalanan pulang.
Selamat tanggal 25 Agustus
2013!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar