Selamat datang di desa Sembungan
Demi mendapatkan si “Golden Sunrise” saya dan teman-teman rela berangkat pukul 03.00 WIB dengan menggunakan mobil pick up milik teman. Selama kurang lebih 1 jam dari daerah Kejajar dengan perjalanan yang sedikit menantang karna kondisi jalan yang berlubang dari kecil hingga besar, namun kerlap kerlip lampu kota di kejauhan + bintang-bintang dilangit yang tersebar menjadi obat dikala itu (bahasanya mulai kacau…zzzzzzz), niat melanjutkan tidur di mobil jadi batal deh..aaargh.
Suasana parkiran Telaga Cebongan
pagi itu sudah ramai oleh wisatawan. Saya dan pasukan segera meluncur ke atas.
Pukul 04.00 dini hari kondisi jalur menuju puncak bukit Sikunir padat merayap,
para pengunjung bersemangat melihat datangnya si golden sunrise. Jalur menuju
puncak bukit sudah dibuat anak tangga dilengkapi dengan pengaman berupa
pegangan di sebelah kiri jalur dikarenakan sebelah kiri berupa jurang. Jalur
yang dari awal sudah menanjak membuat beberapa pengunjung yang pada awalnya
semangat akhirnya memperlambat ritme dan membuat jalur menjadi macet
(hahhaha…bahkan di bukit pun bisa macet).
Oke…
tarik nafas panjang,,,,,
hembuskan,,,,,
tarik nafas lagi,,,,
kemudian hembuskan….
istirahat sebentar dannnnn lanjut!!.
30 menit perjalanan yang tidak lama namun cukup membuat nafas tersengal-sengal, sampailah di puncak Bukit Sikunir.
Oke…
tarik nafas panjang,,,,,
hembuskan,,,,,
tarik nafas lagi,,,,
kemudian hembuskan….
istirahat sebentar dannnnn lanjut!!.
30 menit perjalanan yang tidak lama namun cukup membuat nafas tersengal-sengal, sampailah di puncak Bukit Sikunir.
Menunggu sang Golden Sunrise muncul
Sampai di Puncak Bukit Sikunir, barisan
manusia disertai dengan “senjata” ditangannya mulai dari kamera DSLR beserta
kaki tiganya (baca:tripod), kamera poket hingga kamera hp bersiap mengabadikan munculnya
matahari terbit. Saya pun tidak mau ketinggalan mencari tempat yang masih
tersisa untuk istirahat sekaligus menanti si golden sunrise.
Itu dia……
Gardu Pandang dan sunrise ala Sikunir.
Satu hal yang paling saya suka ketika berada di bukit ataupun puncak gunung adalah menikmati “Taman Langit”, hamparan awan putih yang membentang dengan hiasan puncak gunung yang menjulang, rasanya gimanaaaa gitu….(#lebay detect). Dan ada satu pemandangan yang khas dari Bukit Sikunir ini adalah Gardu Pandang diatas bukit plus rentetan orang-orang menyerupai pohon. Yups,,,berdasarkan hasil survey di internet ketika ngetik kata kunci “Bukit Sikunir” yang keluar biasanya ada foto si gardu pandang, monggo boleh dicoba tes ke mbah google….
Vita, Gunung Sindoro dan Saya
Saya dan pasukan
Di Bukit Sikunir terdapat beberapa spot areal datar yang tidak terlalu luas namun sering dijadikan sebagai areal camp para pengunjung yang ingin menikmati malam di Bukit Sikunir.
Areal camp
Telaga Cebongan dari Bukit Sikunir
Dari puncak Bukit Sikunir terlihat Telaga Cebongan yang berada di samping areal parkir dibawah sana. Kenapa dinamakan Telaga Cebongan? konon katanya bentuk dari telaga ini mirip dengan "kecebong" si anak katak (hummmm,,,,bayangin bentuk kecebong dulu ah).
Matahari sudah mulai menampakkan wujudnya secara utuh yang artinya,,,, panas woy!!! Pulang pulang…… Oke,,,matahari mulai tinggi suasana bukit Sikunir yang awalnya ramai berangsur-angsur mulai sepi tampaknya sesi pemotretan harus dicukupkan dan segera meluncur kebawah,,,,,,,,,
Teluk Cebongan dari jalur
Narsisme #bagian 1
Narsisme #bagian 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar